Adat Istiadat Tradisional Entas-Entas Malang yang masih bertahan di tengah modernisasi

Upacara "Entas-Entas" ini merupakan tradisi yang masih utuh bagi masyarakat desa Ngadas, Kecamatan Ponco Kusumo, Kabupaten Malang, dimana mayoritas penduduknya terdiri dari Suku Tengger yang beagama Hindu. Upacara ini menjadi adat turun temurun bagi suku Tengger. Pengertian dari Entas-Entas itu sudah merupakan gambaran dari meluhurkan atau kata lainnya mengangkat derajat leluhur yang sudah meninggalkan dunia fana, agar mendapat tempat yang lebih baik di alam baka. Upacara Entas-Entas yang dilaksanakan untuk menyucikan roh dari leluhur yang sudah wafat, biasanya dilaksanakan pada hari yang ke 1000 atau minimal pada hari ke 44 setelah wafat. Namun pelaksanaannya kini lebih sering diadakan sebelum hari ke 1000 guna untuk meringkas upacara-upacara kematian tersebut. Atau biasanya upacara Entas-Entas juga dilakukan dalam rangkaian acara antara lain, Hajar Khitan, Hajat Pengantin, Keberhasilan dalam usaha, dan terhindar dari bencana. Upacara ini kalau dalam suku Jawa disebut sebagai kirim duwoo (kirim doa) yang ditujukan kepad arwah leluhur. 

Prosesi Entas-entas yang dimulai dengan mengisi wadah dari bambu (disebut kulak) dengan beras oleh keluarga atau kerabat yang mengadakan upacara. Kemudian keluarga mulai menyiapkan kain panjang untuk dibentangkan dan para keluarga dan kerabat berkumpul di bawah bentangan kain tersebut untuk mulai membakar petra (boneka dari dedaunan dan bunga-bungaan, setiap orang yang meninggal akan dibuatkan petra). Wadah dari bambu yang disebut kulak yang berisi beras tersebut melambangkan dari orang yang meninggal tersebut.

upacara-adat-entas-entas
Prosesi Upacara Adat Entas-Entas

Makna dari Upacara Adat Entas-Entas ini adalah untuk  mengembalikan kembali unsur-unsur yang menjadi penyusun tubuh manusia. Unsur-unsur penyusun tubuh manusia itu antara lain (1) Tanah, seperti yang kita tahu setiap ada manusia yang wafat akan dikubur di dalam tanah. Kemudian (2) Kayu, jika manusia yang wafat pasti akan ditancap atau ditanam kayu sebagai nisan. Kemudian ada lagi unsur (3) Air, yang melambangkan jika manusia wafat, maka akan dimandikan atau disucikan dengan maksud sebagai pembersih, simbol penghormatan kepada Dewa Baruna. Kemudian ada unsur (4) Panas atau Cahyo, yaitu manusia jika sudah wafat, maka akan dibakar petra nya, bertujuan untuk mengembalikan panas yang ada di dalam tubuh kembali ke asalnya, caranya ialah dengan dibakar. 

Demikianlah sepenggal informasi mengenai Upacara Adat Entas-Entas Malang. Dengan mengetahui adat istiadat yang mempunyai nilai luhur seperti ini kita sebagai generasi muda harusnya tetap melestarikan kebudayaan tersebut, sehingga generasi selanjutnya akan bisa menikmati kebudayaan leluhur dibawah gagahnya Gunung Api Bromo. Selain itu Upacara Entas-Entas ini hanya dimiliki oleh Suku Tengger yang terletak sekitar 40 km dari arah timur laut, kota Malang, tepatnya di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Adat Istiadat Tradisional Entas-Entas Malang yang masih bertahan di tengah modernisasi"

Posting Komentar